Cara paling hewani memberantas tikus

Belakangan di rumah makin banyak tikus berkeliaran. Mulai dari celurut yang kalo kepepet ngeluarin ‘parfum’ sampai wirok yang buntutnya nggegirisi. Awalnya mereka cuma jadi tamu tak diundang di luar rumah tapi mungkin karena mereka GR dan merasa dianggap familiar oleh keluarga, sekarang mereka berani masuk ke dalam rumah dan yang paling heboh sampai masuk ke dalam tas ransel di kamar saya. Weladalah, masa mereka nggak tau bedanya back pack dengan sleeping bag? Nggak bisa dibiarin ini.

Langkah pertama yang dilakukan tentu saja mencari pintu masuk hewan koruptor kotor tersebut. Aha, ternyata mereka masuk lewat saluran air! Sebenernya lubang-lubang saluran yang terbuka sudah ditutup dengan ubin, triplek atau kayu tapi dasar tikus nggragas, kayu pun dikrikiti. Triplek dan kayu diganti seng, bagian pinggir digunting berbentuk mata gergaji yang melengkung ke dalam & ke luar, biar moncongnya yang runcing itu kecantol kalo berani nongol.

Malamnya suara kemrosak terdengar keras di saluran air. Wakakaka, mo apa lo hewan keparat? Cari aja rumah lain buat kalian satroni. Saya pun bisa tidur dengan tenang meskipun para tikus sibuk berkasak-kusuk mencari jalan masuk.

Sayang, ketenangan tak berlangsung lama karena esoknya sudah ditemukan mendhil (kotoran) tikus baru di tempat yang sama. Loh kok bisa? Pintu lorong rahasia mereka kan sudah diblok, tapi eh… apa itu? Ada lubang-lubang di tanah. Woaaa, ternyata mereka telah membuat bunker-bunker ala gua jepang. Kurang ajar! Ni tikus dah keterlaluan banget, masa mau merubah rumah jadi love hotel dan real estate mereka. Rat genocide, confirmed!

Strategi perang digelar, taktik & alat perang diusulkan. Ada yang mengajukan senjata kimia – apalagi kalau bukan racun tikus. Menurut pabrikannya dijamin ampuh membunuh tikus, mayat korban pun dijamin kering & tidak berbau. Namun taktik ini segera dimentahkan dengan alasan nggak tertarik untuk membuat mumi tikus dan takut salah target kena kucing tetangga. Selain itu kalo pake racun juga nggak bisa tau seberapa efektif kerjanya karena di TKP nggak ada mayat korban. Belum lagi kalau si tikus mampus di saluran air, hal yang bisa membuat kami tambah kelimpungan.

Usul lain yang mencuat adalah geropyokan ala petani yang segera ditarik sendiri oleh pengusungnya karena dia sendiri ngeri kalo berhadapan dengan tikus 😀 Gak ketinggalan, jurus ala ahli biologi dikeluarkan, “Datengin saja predator alaminya!” Hmm, ular mungkin masih bisa dicari tapi … lupain deh. Elang dan burung hantu? Mana ada di sini, lha wong di bonbin aja belum tentu ada. Kalaupun dapet juga kuatir jadi sasaran peluru senapan angin atau bidikan ketapel anak-anak iseng. Belum lagi mikirin sarangnya, gimana kalo mereka kabur karena nggak kerasan sama kebisingan kota, stres & sakit karena polusi, … Pusing deh. Eits, jangan bilang kucing. Selama ini saya tidak pernah mendengar, melihat ato diceritain ada kucing mengejar apalagi sampai memakan tikus di daerah sini. Kesimpulannya, kucing di sini nggak selera makan tikus got, eneg kalo udah nyium parfumnya celurut, ngeri kalo liat wirok atau mata & telinga saya dan warga daerah sini perlu diperiksain. Yah, dengan terpaksa jurus ini hanya bisa ditampung.

Pikiran pake jepretan tikus pun segera disingkirkan, jijay ih kalo harus belai-belai tikus. Lagian kasian kan kalo mereka harus bercicit-cuit semaleman menahan sakit karena kejepit. Gini-gini kami juga masih berperikebinatangan, gak kayak para penghuni IPDN itu 😛

Akhirnya semua sepakat bahwa cara terbaik saat ini adalah dengan menggunakan trap cage – kurungan tikus itu loh. Malamnya dua buah perangkap disiapkan dengan umpan kepala mujahir goreng, tinggal nunggu hasilnya.

Esoknya. Bingo! Double hit! Dua celurut langsung. Ufhh, parfumnya… Mo diapain nih? Dieksekusi dong, masa mo diternakin? Gimana cara eksekusinya? Kalau menurut agama, buatlah agar penderitaan hewan yang akan dibunuh berakhir secepat mungkin. Disembelih pake pisau tajam? Waduh, emang mo dipake buat campuran mi ayam? Lagian sapa yang mo pegang tu tikus ya? Kalo kurungan dibuka terus tikus dipukul pake kayu waktu mo kabur juga beresiko pukulan meleset…

Karena nggak ada yang gerak akhirnya ada yang berinisiatif ngambil semprotan nyamuk, siapa tau bisa mati. Tapi, setelah disemprot dan ditunggu sekian lama ternyata celurut ni masih nggak rela buat mati, boros semprotan dah. Yang gak perasan bilang, “Wis tinggal wae ning panasan mengko rak yo mati dewe.” Nggak hewani sekali dia…

Akhirnya tindakan yang diambil adalah mencemplungkan si tikus beserta kurungannya ke got di depan rumah. Setelah sekitar 3 menit gelembung-gelembung udara di got pun berhenti muncul.

Well, udah jadi algojo dan tukang kubur 5 tikus ni. Ada saran yang lebih cerdas, efektif dan hewani nggak? Ada nggak ya mikroorganisme parasit yang cuma menyerang tikus tapi nggak berbahaya buat manusia & makhluk lain?